Damn I Love You! But why you cannot speak? :"
Tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan pribadiku saat ini. Ya, bagaimana menurut kalian ketika sesuatu yang sangat lama berada dalam kehidupan kalian itu hilang tiba-tiba. Ceritaku ini suatu saat akan kubuat melalui novel dan film karena cerita saya ini menarik sekali dan saya anggap hidup ini tidak pernah datar. Mengapa aku dilahirkan diantara orang-orang yang sempurna? Sedangkan aku, penuh kekuarangan. Cerita kehidupan mereka begitu mulus. Aku sempat berpikir, mungkin aku akan menjadi orang kaya, terkenal dan sukses, sebab kata orang jika menjadi orang seperti itu harus memiliki rintangan yang boleh dikata "sangat extreme". Menurutku hidup itu tantangan. Kakak-kakakku sewaktu semuran aku (sma kelas 2) mungkin mereka sedang pada puncak kebahagiaan menikmati masa-masanya. Namun bagiku tidak! Siapa bilang, orang akan menikmati kejayaan SMA ketika mereka menduduki bangku kelas 2. And you know, I neverfelt what they felt. Seharusnya, diumurku yang ke 16 ini aku sedang senang menikmati indahnya kehidupan seorang remaja. Tapi apa daya, aku dewasa karena keadaan. Aku tidak mungkin menceritakan ini semua pada kalian, karena menurutku ini adalah sebuah privacy. Tapi, enjoy aja lah, love your life bro.
Rumahku, aku sudah lama sekali berada di sana, 16 tahun. Ya, meskipun masyarakat di sana membenci kami, tapi kami tak peduli. Rumah kami terlempar batu, entah itu siapa yang melemparnya. Ketika itu kita tahu bahwa yang melempar adalah anak-anak, suruhan dari "orang-orang" yang membenci keluargaku. Padahal kami salah apa sehingga mereka semua membenci kami. Aku sebenarnya kasihan sama keluargaku, tapi aku berjanji akan membahagiakan mereka. Ada lagi, ketika pagi hari hendak berangkat sekolah kami temukan tumpukan bangkai, sampah yang berada di depan halaman rumah yang terselimuti bambu-bambu yang khas yang mengelilingi halaman rumahku.
Ketika aku kembali menerka memori bersama rumah itu, kenangan demi kenangan selalu datang menghantui. Rumahku, ya mungkin menurut kalian jelek, memang jelek. Namun, itu adalah surga, istana hidupku. Rumah tua yang bangunannya tak pernah di rehab, tempatku berlindung bersama keluarga, kini milik orang. Kami jual rumah itu, ya bisa aku bilang rumah itu murah sekali untuk dijual. Sebenarnya banyak sekali terpaan kepada rumahku yang reok sudah termakan usia. Sampai sekarang, aku masih belum tahu nama alamat aslinya. Malum, karema kampung itu masih baru-barunya dengan masyarakatnya berhati "iblis". Rumah itu terlalu banyak menampung sejarah hidupku dan keluargaku senang maupun sedihnya kami, kami punya tempat berlindung. Bukannya lebay, tapi rumah itu...aku tak bisa mengungkapkan apa yang harus kuungkapkan.
Ketika kami hendak pergi untuk selama-lamanya dari rumah itu, tidak ada yang peduli. TAk ada seorang tetangga yang mengucapkan selamat tinggal kepada kami. Mereka justru bahagia melihat kepergian kami karena menurut mereka, kami tiada guna, useless. Aku memang tidak suka sama sekali dengan masyarakat sana, tapi suasana lingkungannya.. I love the most. Kalian bisa melihat sunrise dan bulan di arah timur dengan aroma bentangan padi yang luas. I never forget the atmosfer.
Rumah, mengapa kau membisu? Mengapa kau tak berbisik Merintih Berteriak ketika kami menghinamu meninggalkanmu??
Aku juga kasihan dengan keluargaku; bapak ibu, dan saudari-saudariku. Kami tak pernah menjalankan hidup sesempuran mereka, sederhana. Bapakku, aku kasihan sama beliau karena hidupnya tak pernah dihargai oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk "orang terdekat". Aku paling benci ketika keluargaku dihina, tapi apa boleh buat, aku masih kecil. Aku terlalu muda, bukan siapa-siapa untuk menepuk bahu mereka untuk mengatakan "jangan kau menghina keluargaku". Beliau itu pintar sampai-sampai pernah melanjutkan S2 di Darwin University, Ausy dengan beasiswa berprestasi. Tapi apa boleh dikata, mereka sama sekali tidak mendengar, tidak melihat, tidak merasakan, apa yang kita perbuat. Ibuku, ibuku juga tidak pernah dihargai, padahal ibuku termasuk orang yang paling berpengaruh di keluarga besarku. Saudari-saudariku tak pernah dianggap ada, walau sesukses apapun, tetap orang yang di luar sana enggan berat tuk mengakui keberhasilan mereka termasuk aku. Aku, apalagi aku. Tidak ada yang perlu dibanggakan. Nothing special. Mereka menganggap aku GILA. Oke aku akan buktikan suatu saat nanti yang mereka katakan seseorang yang GILA menjadi orang yang paling hebat, terhebat di sini, di dunia. Intinya di sini kami sekeluarga tak pernah dihargai. Mungkin inilah jalan yang diberi Allah untuk berpindah ketempat yang paling jauh dari keluarga besar, yakni Gerung Lombok Barat. Terlintas dipikiranku bahwa jika ada izin Allah, aku beserta keluargaku (berdelapan) akan berusaha bagaimana dapat menetap di negara yang paling aman yakni Australia. Ya saat ini negara tersebut paling aman maju pula. Jika kami akan terus menetap di Indonesia, rasanya kami akan terus terperangkap dalam kurungan orang-orang berkuasa. Remember! If you have haters that means they are your secret fans. TRUS ME!!
TO BE CONTINUE. . .
Rumahku, aku sudah lama sekali berada di sana, 16 tahun. Ya, meskipun masyarakat di sana membenci kami, tapi kami tak peduli. Rumah kami terlempar batu, entah itu siapa yang melemparnya. Ketika itu kita tahu bahwa yang melempar adalah anak-anak, suruhan dari "orang-orang" yang membenci keluargaku. Padahal kami salah apa sehingga mereka semua membenci kami. Aku sebenarnya kasihan sama keluargaku, tapi aku berjanji akan membahagiakan mereka. Ada lagi, ketika pagi hari hendak berangkat sekolah kami temukan tumpukan bangkai, sampah yang berada di depan halaman rumah yang terselimuti bambu-bambu yang khas yang mengelilingi halaman rumahku.
Ketika aku kembali menerka memori bersama rumah itu, kenangan demi kenangan selalu datang menghantui. Rumahku, ya mungkin menurut kalian jelek, memang jelek. Namun, itu adalah surga, istana hidupku. Rumah tua yang bangunannya tak pernah di rehab, tempatku berlindung bersama keluarga, kini milik orang. Kami jual rumah itu, ya bisa aku bilang rumah itu murah sekali untuk dijual. Sebenarnya banyak sekali terpaan kepada rumahku yang reok sudah termakan usia. Sampai sekarang, aku masih belum tahu nama alamat aslinya. Malum, karema kampung itu masih baru-barunya dengan masyarakatnya berhati "iblis". Rumah itu terlalu banyak menampung sejarah hidupku dan keluargaku senang maupun sedihnya kami, kami punya tempat berlindung. Bukannya lebay, tapi rumah itu...aku tak bisa mengungkapkan apa yang harus kuungkapkan.
Ketika kami hendak pergi untuk selama-lamanya dari rumah itu, tidak ada yang peduli. TAk ada seorang tetangga yang mengucapkan selamat tinggal kepada kami. Mereka justru bahagia melihat kepergian kami karena menurut mereka, kami tiada guna, useless. Aku memang tidak suka sama sekali dengan masyarakat sana, tapi suasana lingkungannya.. I love the most. Kalian bisa melihat sunrise dan bulan di arah timur dengan aroma bentangan padi yang luas. I never forget the atmosfer.
Rumah, mengapa kau membisu? Mengapa kau tak berbisik Merintih Berteriak ketika kami menghinamu meninggalkanmu??
Aku juga kasihan dengan keluargaku; bapak ibu, dan saudari-saudariku. Kami tak pernah menjalankan hidup sesempuran mereka, sederhana. Bapakku, aku kasihan sama beliau karena hidupnya tak pernah dihargai oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk "orang terdekat". Aku paling benci ketika keluargaku dihina, tapi apa boleh buat, aku masih kecil. Aku terlalu muda, bukan siapa-siapa untuk menepuk bahu mereka untuk mengatakan "jangan kau menghina keluargaku". Beliau itu pintar sampai-sampai pernah melanjutkan S2 di Darwin University, Ausy dengan beasiswa berprestasi. Tapi apa boleh dikata, mereka sama sekali tidak mendengar, tidak melihat, tidak merasakan, apa yang kita perbuat. Ibuku, ibuku juga tidak pernah dihargai, padahal ibuku termasuk orang yang paling berpengaruh di keluarga besarku. Saudari-saudariku tak pernah dianggap ada, walau sesukses apapun, tetap orang yang di luar sana enggan berat tuk mengakui keberhasilan mereka termasuk aku. Aku, apalagi aku. Tidak ada yang perlu dibanggakan. Nothing special. Mereka menganggap aku GILA. Oke aku akan buktikan suatu saat nanti yang mereka katakan seseorang yang GILA menjadi orang yang paling hebat, terhebat di sini, di dunia. Intinya di sini kami sekeluarga tak pernah dihargai. Mungkin inilah jalan yang diberi Allah untuk berpindah ketempat yang paling jauh dari keluarga besar, yakni Gerung Lombok Barat. Terlintas dipikiranku bahwa jika ada izin Allah, aku beserta keluargaku (berdelapan) akan berusaha bagaimana dapat menetap di negara yang paling aman yakni Australia. Ya saat ini negara tersebut paling aman maju pula. Jika kami akan terus menetap di Indonesia, rasanya kami akan terus terperangkap dalam kurungan orang-orang berkuasa. Remember! If you have haters that means they are your secret fans. TRUS ME!!
TO BE CONTINUE. . .
Komentar
Posting Komentar