Debate Theme (part 3)
Ekonomi Kreatif dan Budaya Kewirausahaan
“Jiwa MAKE UP Wirausaha”
Sekian banyak manusia di dunia, hanya sebagian berwarganegara Indonesia. Sekian banyak warga negara Indonesia, hanya sebagian yang mencintai Indonesia. Dari sekian yang mengklaim mencintai Indonesia, hanya sebagian yang mengaplikasikannya, dan dari sekian yang mengaplikasikannya, hanya sebagian yang berpotensi mengembangkan, bahkan mempertahankan suatu sumber daya yang tengah disibukkan oleh persaingan.
Dalam era globalisasi saat ini, setiap individu dituntut untuk mengetahui keberadaan peluang berwirausaha. Betapa tidak, dampak globalisasi ekonomi hampir menyentuh semua lapisan masyarakat. Kerenggangan sosial yang semakin besar antara kalangan atas dengan kalangan bawah, meningkatnya volume produk-produk impor masuk ke dalam pasar dalam negeri, berkurangnya ekspor, tekanan inflasi, PHK yang tak terkendali, tenaga kerja merosot, kemiskinan semakin melarat, serta lapangan kerja yang semakin sempit, merupakan sebagian kecil dari pengaruh ekonomi global.
Bersyukurlah manusia sebagai makhluk yang dibekali akal pikiran, kiranya menindak lanjuti berbagai dampak yang kompleks tersebut. Indonesia kaya akan sumber daya yang melimpah ruah, sebagai manusia yang memiliki akal pastinya enggan miskin di negara yang kaya ini. Bayangkan pula dengan otak ini, ternyata dapat menciptakan ide-ide kreatif, usaha membuka sedikit demi sedikit celah jendela masa depan yang lebih cerah.
Ide-ide kreatif kemudian di tuangkan dalam suatu wirausaha, yang nantinya menyuguhkan produk-produk berkualitas, mempunyai daya saing tinggi serta dapat dimanfaatkan sebagai sumber devisa negara. Adanya sarana wirausaha berbasis kreatifitas, memberikan peluang besar bagi masyarakat dalam mengembangkan kreasi-kreasi mereka. Terlebih talenta yang mereka miliki, berpotensi melahirkan karya-karya andalan yang mempunyai nilai jual dan bermanfaat bagi orang lain.
Namun, realita memperlihatkan tak sedikit masyarakat belum sepenuhnya menyadari akan peran kewirausahaan bervisi kreatifitas atau industri. Disamping itu, kurangnya minat dan belum jelinya menemukan peluang usaha yang tersedia. Sangat disayangkan apabila potensi-potensi akal berupa ide yang mereka miliki, menganggur begitu saja tanpa membuahkan hasil dan keuntungan. Padahal di sisi lain, mereka memiliki tujuan hidup untuk memenuhi kebutuhan mereka yang tidak terbatas.
Sosialisasi dan pelatihan-pelatihan sekiranya dapat mengawali kegiatan wirausaha. Pemahaman serta pelatihan terkait dunia wirausaha yang akan mereka geluti, yakni menentukan sektor-sektor bervisi industri sesuai bakat yang dapat mereka gali di bidang tertentu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri ekonomi kreatif terbagi atas 14 subsektor yakni architecture, design, fashion, film, video,& fotografi, kerajinan, software & computer services, music, art & antiques markets, publishing, advertising, interactive software, riset & pengembangan, seni pertunjukan, dan broadcasting.( Sumber : www.depdag.go.id )
Berdasarkan subsektor tersebut maka dibutuhkan strategi pengembangan. Tak lain adanya karakteristik yang bersifat koheren pada subsektor tersebut, baik dari komponen sumber daya manusia, maupun substansi yang harus di kembangkan. Ekonomi kreatif global diprediksi tumbuh 5% per tahun, akan berkembang dari US$ 2,2triliun pada Januari 2000 menjadi US$6, 1 triliun tahun 2020.
Melalui sarana budaya kewirausahaan sebagai sarana untuk mengembangkan subsektor yang tersedia, diperlukan jiwa-jiwa wirausaha dalam mewujudkan perkembangannya. Sikap yang sebaiknya ditanamkan yakni prinsip MAKE UP. Sudah menjadi tabiat sekelompok orang terutama kaum wanita menggunakan make up untuk merawat wajah dan anggota tubuhnya agar terlihat memukau. Para produsen pun berkejar-kejaran mengeluarkan produk tersebut demi memenuhi demand (permintaan) konsumen yang mengiming-imingi janji kualitas dan kuantitas yang menggiurkan bagi produsen. Namun, make up disini bukanlah alat kosmetik kecantikan yang ada pada umumnya. Melainkan MAKE UP yakni Mandiri, Antisipatif, Kreatif, Energik, menuju Produktif. Prinsip MAKE UP inilah yang di harapkan dapat menampilkan wajah bintang kewirausahaan yang gemilang.
Mandiri + Antisipatif + Kreatif + Energik = Produktif -> Visi Wirausaha
Dari struktur tersebut, budaya kewirausahaan di bentuk dengan sikap kemandirian. Mandiri membangun pribadi hidup yang lebih baik. Mencari penghasilan dan keuntungan agar tidak menjadi benalu bagi orang lain. Demikian juga suatu negara, sebaiknya tidak terlalu bergantung dengan negara lain. Meskipun hubungan internasional, baik yang berhubungan dengan kerjasama bilateral, multilateral, regional, maupun kerjasama antar regional yang di anggap sangat penting oleh para aliran liberalis, yang berpeluang mendapatkan keuntungan dari kolaborasi tersebut. Namun, sebaiknya para eksportir maupun importir bersifat selektif dalam mengekspor produk-produk dalam negeri maupun mengimpor produk-produk dari luar negeri.
Berjiwa antisipatif berarti berpotensi menampung segala butir-butir penghalang dengan mengantisipasi hambatan-hambatan wirausaha untuk selanjutnya di filter secara baik dan tepat, serta membuang ampas-ampas berbau negatif.
Kreatif dalam menciptakan berbagai karya. Barang-barang yang di anggap tidak berguna di kacamata masyarakat, namun dari tangan-tangan kreatifitas menyulap barang tersebut sehingga menjelma menjadi produk-produk memukau yang memiliki nilai tambah, bahkan mempunyai daya saing tinggi.
Suatu inspirasi tak akan berfaedah ,tanpa adanya aplikasi. Energik dengan daya kerja, sangat di butuhkan dalam rangka merealisasikannya. Kekuatan yang kuat disertai semangat yang tinggi merupakan kunci keberhasilan terbesar dibanding hanya sekedar berinspirasi atau berteori.
Esensi dari visi budaya kewirausahaan, yakni budaya yang berpotensi menghasilkan produk-produk berkualitas, berkuantitas tinggi, dan pastinya dapat bermanfaat. Produk-produk kreatif yang berasal dari orang-orang kreatif mampu mengantarkan citra positif dan identitas bangsa tak lagi memudar.
Suksesnya kewirausahaan, tak sesukses tanpa adanya pengaruh yang besar pada perekonomian negara. Namun, keidealan ini bukan berarti setiap usaha mutlak memberikan konstribusi yang di harapkan. Pada kenyataannya, banyak faktor-faktor penghalang yang mendominasi suatu usaha.
Dengan prinsip MAKE UP, setidaknya bisa ditananamkan pada generasi penerus bangsa, terutama pada perspektif sebagian orang yang menganggap dunia bisnis terdengar extreme di telinga mereka.
Dunia bisnis tidaklah mengenal usia, siapapun bisa menyentuhnya dan berpenghasilan menakjubkan hanya dengan modal keberanian dan tekad yang kuat. Sebut saja Andina Nabila Irvani, mahasiswi desain komunikasi visual yang tengah berusia 19 tahun, pendapatannya mencapai $1,5-2 juta yang bergelut di perusahaan spotlight bersama kakaknya membuka usaha poited shoes yang akan dikembangkan untuk pointed shirt dan pointed bag. Ini merupakan salah satu cerita pelaku kreatif dan masih banyak lagi pelaku-pelaku kreatif yang lainnya seperti Wahyu Aditya(29 tahun), Aziz Setyawijaya(19 tahun), Malarianti Yulianggi(19 tahun), dan banyak lagi yang lain ( http://feksi.wordpress.com )
Mereka semua hanya manusia seperti kita. Hanya saja, mereka memiliki prinsip MAKE UP yang membuat mereka beda. Setidaknya pelaku-pelaku kreatif tersebut bisa memotivasi masing-masing individu untuk menjadi pelaku-pelaku kreatif berikutnya.
Sekian banyak manusia di dunia, hanya sebagian berwarganegara Indonesia. Sekian banyak warga negara Indonesia, hanya sebagian yang mencintai Indonesia. Dari sekian yang mengklaim mencintai Indonesia, hanya sebagian yang mengaplikasikannya, dan dari sekian yang mengaplikasikannya, hanya sebagian yang berpotensi mengembangkan, bahkan mempertahankan suatu sumber daya yang tengah disibukkan oleh persaingan.
Dalam era globalisasi saat ini, setiap individu dituntut untuk mengetahui keberadaan peluang berwirausaha. Betapa tidak, dampak globalisasi ekonomi hampir menyentuh semua lapisan masyarakat. Kerenggangan sosial yang semakin besar antara kalangan atas dengan kalangan bawah, meningkatnya volume produk-produk impor masuk ke dalam pasar dalam negeri, berkurangnya ekspor, tekanan inflasi, PHK yang tak terkendali, tenaga kerja merosot, kemiskinan semakin melarat, serta lapangan kerja yang semakin sempit, merupakan sebagian kecil dari pengaruh ekonomi global.
Bersyukurlah manusia sebagai makhluk yang dibekali akal pikiran, kiranya menindak lanjuti berbagai dampak yang kompleks tersebut. Indonesia kaya akan sumber daya yang melimpah ruah, sebagai manusia yang memiliki akal pastinya enggan miskin di negara yang kaya ini. Bayangkan pula dengan otak ini, ternyata dapat menciptakan ide-ide kreatif, usaha membuka sedikit demi sedikit celah jendela masa depan yang lebih cerah.
Ide-ide kreatif kemudian di tuangkan dalam suatu wirausaha, yang nantinya menyuguhkan produk-produk berkualitas, mempunyai daya saing tinggi serta dapat dimanfaatkan sebagai sumber devisa negara. Adanya sarana wirausaha berbasis kreatifitas, memberikan peluang besar bagi masyarakat dalam mengembangkan kreasi-kreasi mereka. Terlebih talenta yang mereka miliki, berpotensi melahirkan karya-karya andalan yang mempunyai nilai jual dan bermanfaat bagi orang lain.
Namun, realita memperlihatkan tak sedikit masyarakat belum sepenuhnya menyadari akan peran kewirausahaan bervisi kreatifitas atau industri. Disamping itu, kurangnya minat dan belum jelinya menemukan peluang usaha yang tersedia. Sangat disayangkan apabila potensi-potensi akal berupa ide yang mereka miliki, menganggur begitu saja tanpa membuahkan hasil dan keuntungan. Padahal di sisi lain, mereka memiliki tujuan hidup untuk memenuhi kebutuhan mereka yang tidak terbatas.
Sosialisasi dan pelatihan-pelatihan sekiranya dapat mengawali kegiatan wirausaha. Pemahaman serta pelatihan terkait dunia wirausaha yang akan mereka geluti, yakni menentukan sektor-sektor bervisi industri sesuai bakat yang dapat mereka gali di bidang tertentu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri ekonomi kreatif terbagi atas 14 subsektor yakni architecture, design, fashion, film, video,& fotografi, kerajinan, software & computer services, music, art & antiques markets, publishing, advertising, interactive software, riset & pengembangan, seni pertunjukan, dan broadcasting.( Sumber : www.depdag.go.id )
Berdasarkan subsektor tersebut maka dibutuhkan strategi pengembangan. Tak lain adanya karakteristik yang bersifat koheren pada subsektor tersebut, baik dari komponen sumber daya manusia, maupun substansi yang harus di kembangkan. Ekonomi kreatif global diprediksi tumbuh 5% per tahun, akan berkembang dari US$ 2,2triliun pada Januari 2000 menjadi US$6, 1 triliun tahun 2020.
Melalui sarana budaya kewirausahaan sebagai sarana untuk mengembangkan subsektor yang tersedia, diperlukan jiwa-jiwa wirausaha dalam mewujudkan perkembangannya. Sikap yang sebaiknya ditanamkan yakni prinsip MAKE UP. Sudah menjadi tabiat sekelompok orang terutama kaum wanita menggunakan make up untuk merawat wajah dan anggota tubuhnya agar terlihat memukau. Para produsen pun berkejar-kejaran mengeluarkan produk tersebut demi memenuhi demand (permintaan) konsumen yang mengiming-imingi janji kualitas dan kuantitas yang menggiurkan bagi produsen. Namun, make up disini bukanlah alat kosmetik kecantikan yang ada pada umumnya. Melainkan MAKE UP yakni Mandiri, Antisipatif, Kreatif, Energik, menuju Produktif. Prinsip MAKE UP inilah yang di harapkan dapat menampilkan wajah bintang kewirausahaan yang gemilang.
Mandiri + Antisipatif + Kreatif + Energik = Produktif -> Visi Wirausaha
Dari struktur tersebut, budaya kewirausahaan di bentuk dengan sikap kemandirian. Mandiri membangun pribadi hidup yang lebih baik. Mencari penghasilan dan keuntungan agar tidak menjadi benalu bagi orang lain. Demikian juga suatu negara, sebaiknya tidak terlalu bergantung dengan negara lain. Meskipun hubungan internasional, baik yang berhubungan dengan kerjasama bilateral, multilateral, regional, maupun kerjasama antar regional yang di anggap sangat penting oleh para aliran liberalis, yang berpeluang mendapatkan keuntungan dari kolaborasi tersebut. Namun, sebaiknya para eksportir maupun importir bersifat selektif dalam mengekspor produk-produk dalam negeri maupun mengimpor produk-produk dari luar negeri.
Berjiwa antisipatif berarti berpotensi menampung segala butir-butir penghalang dengan mengantisipasi hambatan-hambatan wirausaha untuk selanjutnya di filter secara baik dan tepat, serta membuang ampas-ampas berbau negatif.
Kreatif dalam menciptakan berbagai karya. Barang-barang yang di anggap tidak berguna di kacamata masyarakat, namun dari tangan-tangan kreatifitas menyulap barang tersebut sehingga menjelma menjadi produk-produk memukau yang memiliki nilai tambah, bahkan mempunyai daya saing tinggi.
Suatu inspirasi tak akan berfaedah ,tanpa adanya aplikasi. Energik dengan daya kerja, sangat di butuhkan dalam rangka merealisasikannya. Kekuatan yang kuat disertai semangat yang tinggi merupakan kunci keberhasilan terbesar dibanding hanya sekedar berinspirasi atau berteori.
Esensi dari visi budaya kewirausahaan, yakni budaya yang berpotensi menghasilkan produk-produk berkualitas, berkuantitas tinggi, dan pastinya dapat bermanfaat. Produk-produk kreatif yang berasal dari orang-orang kreatif mampu mengantarkan citra positif dan identitas bangsa tak lagi memudar.
Suksesnya kewirausahaan, tak sesukses tanpa adanya pengaruh yang besar pada perekonomian negara. Namun, keidealan ini bukan berarti setiap usaha mutlak memberikan konstribusi yang di harapkan. Pada kenyataannya, banyak faktor-faktor penghalang yang mendominasi suatu usaha.
Dengan prinsip MAKE UP, setidaknya bisa ditananamkan pada generasi penerus bangsa, terutama pada perspektif sebagian orang yang menganggap dunia bisnis terdengar extreme di telinga mereka.
Dunia bisnis tidaklah mengenal usia, siapapun bisa menyentuhnya dan berpenghasilan menakjubkan hanya dengan modal keberanian dan tekad yang kuat. Sebut saja Andina Nabila Irvani, mahasiswi desain komunikasi visual yang tengah berusia 19 tahun, pendapatannya mencapai $1,5-2 juta yang bergelut di perusahaan spotlight bersama kakaknya membuka usaha poited shoes yang akan dikembangkan untuk pointed shirt dan pointed bag. Ini merupakan salah satu cerita pelaku kreatif dan masih banyak lagi pelaku-pelaku kreatif yang lainnya seperti Wahyu Aditya(29 tahun), Aziz Setyawijaya(19 tahun), Malarianti Yulianggi(19 tahun), dan banyak lagi yang lain ( http://feksi.wordpress.com )
Mereka semua hanya manusia seperti kita. Hanya saja, mereka memiliki prinsip MAKE UP yang membuat mereka beda. Setidaknya pelaku-pelaku kreatif tersebut bisa memotivasi masing-masing individu untuk menjadi pelaku-pelaku kreatif berikutnya.
Pengangguran selalu menjadi agenda para pejabat pemerintah Indonesia
yang selalu diperbincangkan dalam forum. Tidak dapat dipungkiri bahwa
hal ini bukan hanya menimpa negara berkembang seperti Indonesia saja
tetapi semua negara-negara yang ada di dunia termasuk negara maju
sekalipun. Dan hingga saat ini masalah tersebut sangat sulit untuk
dipecahkan. Dari tahun ke tahun jumlah pengangguran di Indonesia terus
mengalami peningkatan yang sangat melejit. Jika dilihat dari tahun 2010
lalu, jumlah pengangguran ada sekitar 8,59 juta orang dan pada tahun
2011 jumlah pengangguran malah meningakt hingga 9,25 juta orang. Sungguh sebuah
suguhan yang sangat memprihatinkan bagi negara kaya akan sumber daya
alam seperti Indonesia ini. Apa yang sebenarnya dapat membuat seorang
individu menjadi menganggur seperti itu ? Mengapa negara kita yang kaya
ini masih menampung banyak orang yang tidak bekerja ?
Tidakkah para pemerintah terpanggil untuk dapat mengatasi masalah ini ? Atau setidaknya mereka dapat mengurangi jumlah tersebut per tahunnya, bisakah mereka ? Apa program yang dapat dilaksanakan secara real dalam kehidupan sosial ini ? Apa yang menyebabkan dunia kerja kian menyempit ? Siapakah yang patut disalahkan dalam hal ini ? Apakah itu pelajar, mahasiswa, orangtua, atau pemerintah ?
Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6/2009 tentang
Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015 menyatakan bahwa
mendukung kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif tahun 2009-2015. Yang
mana hal ini memberikan sentuhan baru terhadap kegiatan ekonomi
Indonesia dengan lebih mengandalkan kreativitas, keterampilan, dan bakat
per individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta yang bernilai
ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Kegiatan ini mendukung setiap individu agar terdorong untuk terus menciptakan hal-hal yang baru dan menarik. Disini lah para wirausaha mulai bermunculan untuk ikut meramaikan kegiatan ekonomi kreatif ini. Mereka merasa terpanggil untuk dapat ikut andil dalam ekonomi yang sangat mendukung kegiatan bisnis usaha mereka. Kelompok ini dapat memberikan efek yang sangat besar terhadap perkembangan ekonomi Indonesia.
Wirausaha menjadi salah satu jawaban dari semua pertanyaan tentang permasalahan di negeri tercinta kita, Indonesia. Negara Indonesia mempunyai banyak para generasi bangsa yang cerdas dan hebat. Ditambah dengan adanya banyak kemajuan didunia tekhnologi dan informasi sekarang ini yang sudah sangat modern dan canggih. Tim dari sekolah Jubilee International School Abu Dhabi, UAE, yang diwakili oleh Sita Ilmidani Taribi, Suta Ilmidani Taribi dan Adinda Naura Salsabila berhasil merebut juara pertama di tingkat Sekolah Dasar dalam Kompetisi Rancang Robot di Olimpiade Robot Internasional (WRO) Arabia yang meliputi kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Patut berbanggalah Indonesia telah memiliki putra-putri bangsa dari kalangan yang professional seperti mereka.
Masyarakat dapat membuka usaha-usaha dari rintisan usaha yang kecil hingga usaha besar-besaran. Hanya dengan usaha berani mengambil resiko, mereka mampu merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan mereka menjalankan usaha tersebut dengan menciptakan perubahan-perubahan yang signifikan melalui inovasi dan cara-cara baru.
Para ahli sejarah dan ekonomi sepakat untuk menyatakan bahwa kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara tidak dapat menjamin kemakmuran negara terbut. Kemakmuran suatu negara dapat dilihat dari kemampuan negara tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa yang berguna dan mendistribusikan ke seluruh lapisan masyarakat. Dengan adanya peranan wirausaha dapat menjadi harapan baru bagi negara untuk dapat mengatasi 2 pokok permasalahan sekaligus hanya dengan melahirkan para manusia yang mau bekerja keras.
Namun tidak jarang dijumpai tuntutan kualitas sumber daya manusia makin lama makin tinggi dan menuntut kekhususan yang lebih sulit lagi untuk dipenuhi oleh para pencari kerja. Dengan melihat kondisi tersebut, maka sektor informal merupakan alternatif yang dapat membantu menyerap orang-orang yang menganggur, tetapi kreatif dan menjadi peredam di tengah pasar global.
Lapangan kerja yang terbatas membuat orang mencari jalan untuk bertahan hidup agar dapat hidup layak. Oleh karena itu untuk menumbuhkan perilaku wirausaha pada masyarakat luas khususnya para pencari kerja akan sangat penting dan strategis bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang bermutu, memiliki kejelian dalam menciptakan peluang usaha sendiri yang kreatif dan tetap proaktif.
Di rintisnya usaha eksportir kerajinan rotan dari Indonesia dengan bermodalkan laptop dan ruangan kamar tidur dapat membangun sebuah perusahaan ekspor kerajinan rotan ke negara-negara Timur Tengah dan sekarang mulai merambah ke Eropa. Ya, bayangkan, hanya dengan bermodalkan laptop, sebuah modal kecil untuk sebuah usaha yang jadi lebih besar lagi.
Wirausaha didefinisikan sebagai orang yang memiliki gagasan (idea man) dan manusia kerja (man of action) sering dikaitkan orang yang inovatif atau kreatif (Holt, 1992:85). Berwirausaha berarti individu mau mengelola usaha mereka sendiri dengan menanggung semua resiko yang akan mereka hadapi di masa mendatang. Kelompok ini dapat menciptakan lapangan kerja yang baru bagi para angkatan kerja yang memerlukannya. Lalu, golongan dari mana saja yang dianggap memiliki jiwa kewirausahaan tersebut ? Benar sekali. Semua orang memiliki jiwa tersebut, hanya bagaimana cara mereka mengaplikasikannya lah yang berbeda.
Namun, terkadang banyak hal yang menyebabkan jiwa kewirausahaan seseorang dapat terhambat dikarenakan oleh orang tua yang sangat mengharapkan anaknya dapat menjadi salah satu anggota dinas/swasta setempat setelah menyelesaikan pendidikan mereka. Inilah mengapa tak heran jika 10% dari pengangguran adalah kaum intelek yang menyandang gelar pendidikan perguruan tinggi. Mindset mereka yang masih menganggap bahwa membuka usaha sendiri tidak dapat menjaminkan kehidupan yang layak dimasa mendatang dan juga dikarenakan modal yang tak mencukupi bagi mereka membuka usaha tersebut. Mental buruh masih sangat melekat pada diri kebanyakan anak Indonesia. Yang penting bagi mereka, mereka dapat bekerja dengan gaji yang mereka dapatkan, tak sedikitpun mereka terpikirkan untuk dapat membuka usaha sendiri dimana mereka lah yang akan memberikan gaji bagi orang lain nantinya.
Ternyata jika diperhatikan lagi, masalah ini timbul juga didukung oleh dunia pendidikan yang tidak dapat memberikan pendidikan yang cukup. Akibatnya, para angkatan kerja tidak memiliki persiapan khusus untuk memasuki dunia kerja yang mereka harapkan.
Pemerintah dapat membuka beberapa pelatihan-pelatihan khusus bagi masyarakat umum untuk memberikan keahlian kepada mereka. Sehingga mereka ready for 100% untuk masuk pada pekerjaan tersebut. Atau pemerintah dan pihak-pihak lain yang berwenang dapat melaksanakan beberapa seminar di sela-sela waktu agar dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait masalah kewirausahaan.
Seperti yang telah dilakukan oleh bapak Dr. Bayu Prawira Hie. Beliau merupakan Direktur Eksekutif Pendiri dan Komunitas Bisnis Intelektual, jaringan tingkat tinggi orang-orang bisnis dari berbagai industri. Dia menulis banyak topik isu-isu manajemen strategis, terutama dari Harvard Business Review. Beliau adalah seorang dokter yang pada akhirnya terjun dalam dunia bisnis juga hingga saat ini. Beliau telah banyak mengadakan seminar-seminar tentang berbagi cara untuk dapat berwirausaha. Bahkan beliau mengadakan program yang dinamakan “Youth Entrepreneur Program” yang mana sekarang tengah dilaksanakan oleh para siswa-siswi asal SMAN SUMSEL (Sampoerna Academy) bekerja sama dengan beberapa cabang rintisan bisnis usaha yang ada di Palembang, Sumatera Selatan.
Niat Dr. Bayu Prawira Hie untuk tetap melanjutkan program ini karena
beliau ingin ikut berpartisipasi dalam mencetak generasi muda yang
mempunyai kemampuan berbisnis sejak dini, sehingga mereka akan siap
menghadapi arus globalisasi yang makin tak dapat dihindari sekarang ini.
Pemerintah dapat juga melakukan hal yang sama demi tercapainya tujuan
yaitu; kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Dan disinilah sangat
diperlukan seluruh peran dari komponen negara tidak hanya
pemerintah/pengusaha/orangtua/individu itu sendiri. Kita semua perlu
ikut sumbangsih dalam hal ini.Kita Bisa.
Kegiatan ekonomi kreatif yang telah mendorong masyarakat untuk tetap
berfikir kreatif sangat membantu banyaknya pengusaha-pengusaha muncul
yang akan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktifitas
sehingga dapat meningkatkan kualitas produk dalam negeri yang lebih
kreatif serta memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia itu sendiri.
Seperti kata pepatah “sambil menyelam minum air”, Indonesia akan
mendapatkan banyak keuntungan hanya dengan mengembangkan sistem Ekonomi
Kreatif yang sesuai dengan budaya kewirausahaan yang ada. Bersatu kita
teguh bercerai kita runtuh. Tanpa adanya kegiatan ekonomi kreatif,
wirausaha akan sulit berkembang begitu juga sebaliknya. Tanpa
masyarakat, tidak akan pernah lahir para pengusaha-pengusaha sukses dan
tanpa pemerintah juga pengusaha ini nothing. Nothing Is Impossible as
long as We have the struggle to fight for it.
Permasalahan perekonomian yang melanda Indonesia begitu kompleks.
Satu diantara berbagai permasalahan tersebut adalah begitu besarnya
angka pengangguran di Indonesia. Lapangan pekerjaan yang tersedia masih
jauh dari cukup untuk menampung jumlah tenaga kerja yang begitu banyak.
Hal ini sudah menjadi pekerjaan rumah pemerintah sejak lama yang sampai
sekarang belum dapat dituntaskan. Berbagai usaha telah ditempuh untuk
mengatasi masalah ini, salah satunya adalah sosialisasi tentang
pembudayaan kewirausahaan (enterpreneurship) yang marak
dilakukan lewat berbagai cara, mulai dari pendidikan sekolah, hingga
melalui seminar-seminar dan penyuluhan di berbagai tempat dengan peserta
dari berbagai golongan, mulai dari pelajar.
Lalu sebenarnya, apakah kewirausahaan itu? Berbagai pendapat berbeda
pun timbul dari para ahli untuk mendefinisikan kewirausahaan. Richard
Cantillon (1775) misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja
sendiri (self-employment). Definisi lain di ungkapkan Harvey
Leibenstein (1968-1979) yakni kewirausahaan mencakup kegiatan yang
dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat
semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas,
atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Singkat kata, Kewirausahaan bisa diartikan sebagai kemampuan mandiri
dan bekerja independen untuk mencapai kesejahteraan. Kewirausahaan juga
merupakan sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam
mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.
Seorang yang mengaplikasikan konsep dari
kewirausahaan yaitu bekerja dengan independen dan menciptakan lapangan
kerja sendiri dengan menjalankan usahanya berdasarkan idenya sendiri,dan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara kreatif dan inovatif, atau
istilah populernya berbisnis disebut wirausaha. Kewirausahaan tidak
mutlak dimiliki oleh wirausaha dalam dunia bisnis saja. Kenyataannya,
sifat kewirausahaan juga banyak dimiliki karyawan, baik swasta ataupun
pemerintah. Sifat kewirausahaan, itu sendiri muncul ketika seseorang
berani mengembangkan ide-idenya dengan usaha-usaha tertentu. Tidak mudah
untuk memiliki jiwa kewirausahaan. Kewirausahaan mencakup:
A.Sikap-sikap kewirausahaaan:
- Disiplin: Memiliki kedisiplinan yang tinggi atas ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja.
- Komitmen Tinggi: Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan).
- Jujur: Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang
ditawarkan, kejujuran dalam promosi, kejujuran pelayanan yang
dijanjikan dan kejujuran dalam kegiatan terkait dengan penjualan produk
yang dilakukan.
Kreatif dan Inovatif: Untuk memenangkan persaingan, harus memiliki daya kreativitas tinggi dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada.
Mandiri: Dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa ketergantungan pihak lain dalam mengambil keputusan termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Realistis: Mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan atau perbuatannya.
B.Tahap Kewirausahaan:
- Tahap memulai: niat untuk usaha, melihat peluang usaha yang mungkin, menentukan jenis usaha.
- Tahap melaksanakan usaha: mengelola pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
- Tahap mempertahankan usaha: melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
- Tahap mengembangkan usaha: jika hasil yang diperoleh mengalami perkembangan atau dapat bertahan, perluasan usaha mungkin dilakukan.
C. Ciri-ciri wirausaha yang berhasil:
1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas
2. Inisiatif dan selalu proaktif tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi lebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
3. Berorientasi pada prestasi. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama.Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
4. Berani mengambil risiko.
5. Kerja keras. Jam kerja tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang dia datang.
6. Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
7. Komitmen pada berbagai pihak.
8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak, antara lain kepada: para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas
2. Inisiatif dan selalu proaktif tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi lebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
3. Berorientasi pada prestasi. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama.Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
4. Berani mengambil risiko.
5. Kerja keras. Jam kerja tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang dia datang.
6. Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
7. Komitmen pada berbagai pihak.
8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak, antara lain kepada: para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
Bercermin dari negara-negara maju di dunia, seperti di Negara-Negara
Eropa,Amerika,dan Kanada yang sudah mendapat pendidikan kewirausahaan
sejak tahun 1950, di Indonesia saat ini di pendidikan tentang
kewirausahaan sangat gencar diberikan kepada masyarakat sejak dini
dengan harapan kewirausahaan tersebut dapat berakar kuat dalam diri
masyarakat Indonesia sehingga memunculkan banyak wirausahawan yang
menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Kondisi yang sering terjadi
adalah anak-anak Indonesia setelah tamat sekolah, yang terbersit
dipikirannya adalah bekerja. Melihat kondisi Indonesia saat ini, dengan
ketersediaan lapangan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah tenaga
kerja, pola pikir seperti itu tidak tepat. Mengapa? Karena pola pikir
seperti itu tidak memacu kreatifitas dalam diri. Kecenderungan untuk
hanya meniru lah yang akan timbul. Sesungguhnya, keterampilan untuk
mencipta sesuatu ide dan gagasan barulah yang sangat diperlukan.
Kreatifitas memang sangatlah penting dan diperlukan bagi orang yang
memiliki jiwa kewirausahaan. Kreatifitas itu jugalah yang menjadi dasar
fenomena munculnya konsep Ekonomi Kreatif yang sekarang ini juga marak
disosialisasikan, bersamaan dengan pendidikan kewirausahaan pada
masyarakat indonesia.
Apakah Ekonomi Kreatif itu? Ekonomi Kreatif merupakan sebuah konsep
ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan
kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari
Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan
ekonominya. Mengapa konsep ini bisa muncul? Di jaman moderen ini,
semakin disadari bahwa ide adalah barang ekonomi yang sangat penting.
Dengan ide, produksi akan barang dan jasa menjadi tiada hentinya,
selalu ada terobosan baru yang mengungguli trobosan lama. Contohnya,
zaman dahulu, televisi tidak berwarna, kemudian berkembang menjadi
televisi berwarna. Televisi terus berkembang. Sekarang, diciptakan
televisi yang sangat tipis, menggunakan teknologi LED dengan berbagai
fitur lainnya. Barang yang diciptakan semakin mengalami perkembangan
teknologi yang menawarkan berbagai keuntungan bagi para konsumen
sehingga orang-orang akan selalu tertarik untuk membelinya. Itu semua
berawal dari ide yang menghasilkan kreatifitas dalam menciptakan,
sehingga dalam suatu barang hasil produksi, yang diutamakan bukan hanya
satu fungsi, tetapi menjadikan barang tersebut multifungsi. Ide tersebut
tidak akan pernah habis karena selama manusia hidup, manusia akan
memiliki ide-ide itu. Ide–ide kreatif membuat orang bisa menggunakan dan
mengkombinasikan sumber daya fisik yang terbatas untuk tetap melakukan
kegiatan ekonomi. Misalnya kemunculan berbagai pernak-pernik lucu dan
unik seperti tas, tempat pensil, mainan, dll yang berasal dari daur
ulang sampah. Sampah yang harusnya dibuang, bisa dimanfaatkan untuk
menciptakan benda bernilai guna, yang tidak hanya memiliki fungsi
tertentu, tapi juga menampilkan keindahan dan keunikan, bahkan bernilai
ekonomi.
Melihat pentingnya pengembangan Ekonomi Kreatif, Instansi-instansi
pemerintah seperti, Kementerian Negara dan Riset, Kementerian BUMN,
Kementerian Nasional dan Kementerian Pertanian berkoordinator dalam
mensosialisasikan pengembangan Ekonomi Kreatif dengan misi meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Instansi-Instansi tersebut memiliki
tugas-tugas tersendiri untuk menjalankan misi tersebut, sesuai dengan
Inpres No.6 Tahun 2009(http://www.Indonesiakreatif.net).
Lalu,adakah hubungan pembahasan mengenai kewirausahaan dengan ekonomi kreatif? Tentu saja ada.
Dalam misi untuk mendorong masyarakat menjadi wirausahawan baru yang sukses sehingga menciptakan banyak lapangan kerja baru yang menyerap begitu membludaknya jumlah penggangguran di Indonesia, konsep ekonomi kreatif dirasa paling tepat ditanamkan pada pemikiran masyarakat dalam memberi motivasi untuk berwirausaha karena untuk berwirausaha dengan konsep ekonomi kreatif, ide adalah modal utama. Dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia yang relatif rendah, konsep ini diharapkan mampu memotivasi masyarakat untuk berwirausaha walaupun dengan modal yang sangat terbatas sekalipun.
Dalam misi untuk mendorong masyarakat menjadi wirausahawan baru yang sukses sehingga menciptakan banyak lapangan kerja baru yang menyerap begitu membludaknya jumlah penggangguran di Indonesia, konsep ekonomi kreatif dirasa paling tepat ditanamkan pada pemikiran masyarakat dalam memberi motivasi untuk berwirausaha karena untuk berwirausaha dengan konsep ekonomi kreatif, ide adalah modal utama. Dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia yang relatif rendah, konsep ini diharapkan mampu memotivasi masyarakat untuk berwirausaha walaupun dengan modal yang sangat terbatas sekalipun.
Sosialisasi untuk membudayakan kewirausahaan disertai pemanfaatan
konsep ekonomi kreatif cukup efektif karena ada cukup banyak
wirausahawan baru yang muncul dan menuai sukses dengan berbekal dua hal
penting tersebut. Hebatnya, banyak diantara wirausahawan baru tersebut
yang masih belia. Ini adalah berita baik dimana tujuan dari pendidikan
kewirausahaan dan Ekonomi Kreatif yakni, mendorong munculnya wirausahaan
muda dapat terealisasi.
Contohnya Suhas Gopinath. CEO Global Inc yang memulai bisnis pada
usia 14 tahun. Gopinath lahir di Bengaluru, Karnataka, India, 4 Nopember
1986. Gopinath membangun Global Inc di San Jose, California, pada tahun
2000. Perusahaan teknologi informasi ini melayani software solutions, mobile, dan e-commerce
dengan pendapatan jutaan dolar. Semula dia hanya mempekerjakan enam
orang karyawan dengan bayaran 15 rupee per jam atau Rp 15.000. Namun
kini dia memiliki 600 karyawan yang kesemuanya berusia muda. Atas
prestasinya yang luar biasa, Gopinath sudah sering diberi penghargaan
sebagai pengusaha termuda oleh berbagai instansi seperi European
Parliament, World Economic Forum. (Http://adesyam.blogspot.com)
Kisah di atas bisa dijadikan motivator bagi masyarakat Indonesia,
terutama generasi muda dengan tingkat kreatifitas tinggi untuk
memanfaatkan kreatifitas yang dimiliki dan bekal pendidikan budaya
kewirausahaan lewat berbagai media untuk membangun negeri Indonesia
tercinta ini dengan menunjukkan kemampuan mencipta bukan meniru dan
memakai saja. Tunjukkan Kreatifitasmu! Buktikan pada dunia bahwa bangsa
indonesia adalah bangsa yang berkualitas, cerdas, mandiri, kreatif, dan
inovatif dengan menciptakan terobosan-terobosan baru di berbagai
bidang! Jadilah pengusaha yang sukses yang tidak hanya membawa
kesejahteraan bagi dirimu sendiri, melainkan bagi bangsa dan negara!
Komentar
Posting Komentar