Debate Theme (part 2)

Ekonomi Kreatif dan Bangga Terhadap Produk Dalam Negeri

(Metamorfosa Perekonomian Indonesia)

     Tingkat produksi barang hasil karya dalam negeri yang kini kian berkembang, mendukung kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui kreativitas dan produktivitas yang dimiliki sumber daya manusia yang kompeten.

     Perekonomian di Indonesian kini mengalami banyak perubahan. Suatu perkembangan yang cukup signifikan terlihat dari tingkat ekonomi masyarakat yang kini cukup maju. Layaknya suatu perkembangan dan pertumbuhan seekor kupu-kupu dari tingkat kecil hingga dewasa. Berawal dari sebuah telur sampai lahirnya kupu-kupu dewasa yang tumbuh dan dapat terbang dengan sayap –sayap indahnya.

     Seiring berjalannya waktu, kondisi  perekonomian Indonesia semakin maju hingga dapat menembus pasar internasional dengan produk kreatifnya. Era yang baru mengarahkan masyarakat untuk berpikir lebih inovatif dan produktif. Berpikir secara ekonomis  dengan menitikberatkan pada pola kreativitas hasil karya  yang mereka produksi.  Menurut Daniel H Pink (The Whole New Mind, 2005) mengungkapkan bahwa di era kreativitas, bila ingin maju, kita harus melengkapi kemampuan teknologi kita (high tech) dengan tujuan untuk mencapai high concept dan juga high touch. High concept merupakan kemampuan menciptakan keindahan artistik dan emosional, mengenali pengalaman dan juga peluang., menciptakan narasi yang indah dan menghasilkan temuan-temuan yang belum disadari orang lain. Sedangkan high touch adalah kemampuan berempati, memahami esensi interaksi manusia, dan menemukan makna.

     Sebagai salah satu contoh, saya telah memulai kegiatan ekonomi kreatif sejak lama. Tempat pensil yang hanya terbuat dari kardus kecil bekas dan sebuah lem yang mengikat sisi sobekanya   mendatangkan rejeki pada saya. Untuk pertama kalinya saya mendapatkan uang dari hasil karya tersebut.  Berawal dari sebuah hobi yang gemar mengotak-atik benda, seperti rumah-rumahn boneka Barbie maupun puzzle yang berwarna-warni,  tempat pensil yang imut nan lucu pun saya buat. Tak sedikit teman-teman yang terinspirasi dari hasil karya kreatif tersebut. Hingga pada akhirnya mereka meminta saya membuatkan tempat pensil yang lain dengan karakteristik yang lebih beragam. Itulah permulaan yang saya lakukan dalam sisi produksi hasil ekonomi kreatif.   

     Membahas tentang ekonomi kreatif, sebenarnya sangat berhubungan dengan industri kreatif. Industri itu sendiri berasal dari kemampuan setiap individu, keterampilan dan juga pemanfaatan kreativitas dengan tujuan untuk menciptakan hidup yang makmur dan sejahtera melalui penawaran kreasi intelektual dan didukung dengan adanya perluasaan lapangan kerja untuk menghasilkan daya cipta individu. Kita harus meningkatkan industri kerajinan dan kreativitas karena itu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Negara kita dan bangga akan produk Indonesia (dalam negeri) adalah aktivitas yang bisa menjadi solusi utama. Ada beberapa Tahapan yang bisa kita lakukan dalam mengembangkan Ekonomi Kreatif, diantaranya:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas dan membagikan informasi tentang industri itu sendiri.
2. Mengadakan perbaikan terhadap sistem pemerintahan
3. Menciptakan dan menstabilkan permintaan dan juga meningkatkan produktivitas
4. Inovasi sebaik mungkin untuk kebutuhan permintaan itu sendiri
5. Pengembangan dalam desain
6. Membuat merek-merek yang dapat mencari perhatian orang lain.

     Dari tahapan-tahapan tersebut akan berkelanjutan dengan produk – produk dalam negeri. Kualitas produk dalam negeri sangat berpengaruh kepada peningkatan permintaan. Di sisi lain itu juga dapat membantu dalam perbaikan sistem pemerintahan dimana produk-produk yang baik dalam kualitas dan juga mempunyai merek sehingga dapat di ekspor ke Negara lain dengan maksud untuk meningkatkan dan menstabilkan permintaan. Masyarakat yang bangga dan membela produk dalam negeri, akan membangkitkan pengusaha pribumi yang gulung tikar. Sebab, produk bangsa Indonesia selama ini hilang dan berjatuhan di pasar karena tidak dibela. Munculnya seni-seni baru yang menciptakan produk kreatif yang selalu bersaing tiap waktunya. Produk kreatif memiliki ciri-ciri: siklus hidup dengan jangka waktu sangat singkat, risiko dan margin yang sangat tinggi, sangat beraneka ragam , persaingan tinggi, dan sangat mudah untuk ditiru. Perbedaan antara produk biasa dan produk kreatif itu sendiri adalah keunikan yang terpancar secara otomatis. Produk biasa yang hanya terlihat dari sisi pasaran membuat produk kreatif menjadi lebih unggul. Produk kreatif yang terus berusaha mengunggulkan dirinya dengan berbagai kesenian dan kreativitas seperti hiasan-hiasan yang luar biasa.  Disisi lain, industri kreatif dapat memberikan kontribusi di beberapa aspek kehidupan, bukan hanya dipandang dari sudut ekonomi semata, tetapi juga dapat memberikan dampak positif  kepada pandangan yang lainnya, seperti peningkatan citra dan identitas bangsa, menumbuhkan inovasi dan kreativitas, industri yang menggunakan sumber daya yang dengan gaya hidup yang baru serta dengan adanya dukungan dari individual sekitar.

      Industri kreatif merupakan industri masa depan yang menitikberatkan pada daya kreasi manusia itu sendiri. Penentu daya saing dan indikator daya saing sangat memerlukan pemantapan dan pembelajaran lebih lanjut agar mendapatkan hasil yang maksimal. Arah kebijakan seharusnya bertumpu pada: iklim hidup yang kondusif, kemampuan penciptaan nilai kreatif dan produktivitas, serta peningkatan dan kestabilan  permintaan.

     Saat  ini alat musik tradisional Indonesia mempunyai peluang besar untuk menuju ke industri kreatif. Hal itu didukung oleh perkembangan musik-musik barat yang sekarang mulai berpaling ke wilayah timur, termasuk Indonesia.  Tidak hanya dalam sisi perkembangan alat musik, dari segi perkembangan budaya dikatakannya bahwa Indonesia kaya akan budaya yang unik dan berinspiratif, yang mana bila dikembangkan dengan baik akan memberikan nilai tambah. Budaya Indonesia yang sangat beragam jenis maupun produknya merupakan landasan bagi berkembangnya ekonomi kreatif yang sedang diprogramkan oleh pemerintah untuk meningkatkan nilai ekspor. Fakta yang sangat mendukung bahwa saat ini, Indonesia menempati urutan ke-43 pada Economic Creativity Index Ranking yang dipublikasikan oleh World Economic Forum.

     Dipandang dari sisi produk kreatif, batik adalah contohnya. Batik sebenarnya hanya sehelai kain biasa yang pada umumnya bergambar kembang dan juga berwarna coklat. Tapi secara implisit, batik itu adalah satu-satunya kain yang dapat menggambarkan suatu adat dan juga budaya yang sampai saat ini masih bertahan. Tidak mudah membuat batik itu sendiri karena dibutuhkan bakat yang sangat cocok sehingga dapat menghasilkan kain batik yang baik. Tahap demi tahap yang dilakukan dan itulah yang menunjukkan bahwa batik adalah sebuah produk kreatif yang sangat berpengaruh di Indonesia. Di mulai dengan memilih kain yang baik, menggambar sketsa yang biasanya bercorak kraton. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin. Tahapan-tahapan yang sangat sulit bahkan terkadang membingungkan, tapi disinilah batik dinilai oleh seluruh orang di dunia.

     Hal ini seperti tahap-tahap metamorfosis  pada kupu-kupu yang cenderung bertumpu pada proses dan lingkungan sekitar itu sendiri. Dimana produk itu bisa dikenal dengan kreativitas dan produktivitas yang sangat berpengaruh.

      Sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia saat ini semakin tergerus arus globalisasi. Globalisasi yang terus menyerang kaum manusia di berbagai belahan dunia. Salah satunya di negeri yang sangat kita cintai Republik Indonesia, generasi  muda kita kini semakin terlena oleh buaian manis teknologi modern yang juga akibat arus globalisasi. Bukan hanya teknologi modern, tetapi fenomena yang kini terjadi dimana generasi muda kita lebih menyukai produk buatan luar negeri.
 
      Produk buatan luar negeri yang lebih maju dalam mutu dan kualitas adalah salah satu penyebab mengapa produk dalam negeri tak banyak disukai dibandingkan dengan produk luar negeri. Siapa yang patut disalahkan produk buatan dalam negeri atau bangsa kita yang dominan memamerkan produk buatan luar negeri? Apa yang terjadi bila sebagian besar masyarakat kita menyukai produk buatan luar negeri?
      Akankah perekonomian bangsa kita untung? Kapan kita mulai bertindak menyeimbangkan bahwa mutu dan kualitas produk dalam negeri setara dengan produk buatan luar negeri? Bagaimana cara kita menyerang anggapan bahwa produk dalam negeri “harganya mahal tapi tak berkualitas”? Akankah dengan mengembangkan ekonomi kreatif dapat mengubah anggapan bahwa kulitas produk luar negeri lebih bermutu dibandingkan dengan produk dalam negeri?
      Sesuai dengan Intruksi Presiden Nomor 6/2009 tentang pengembangan ekonomi kreatif. Konsep ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep baru yang menyinergikan informasi dan kreatifitas dengan mengandalkan pada Iptek serta sumber daya manusia (SDM) sebagai faktor utama dalam kegiatan ekonomi. Ekonomi kreatif dapat mendatangkan dua keuntungan secara bersamaan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang pro rakyat dan juga penguatan identitas budaya lokal yang memperkaya identitas nasional secara nyata.
      Dengan demikian keragaman adat dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia akan menghasilkan produk yang sangat khas karena ada sentuhan etnik dan kultur yang berbeda. Produk yang khas, unik dan memiliki nilai seni yang tinggi adalah modal utama bangsa kita untuk menyaingi produk buatan luar negeri. Akan tetapi sungguh disayangkan fenomena yang terjadi berbanding terbalik, bangsa kita sendiri lebih menyukai produk luar negeri dan bangsa asing menyukai produk bangsa Indonesia. Namun kita harus berbangga karena batik telah melanglang dunia karena kekhasannya dan keunikannya yang merupakan salah satu produk kreatif berbasis budaya bangsa yang menjadi andalan untuk menghasilkan devisa.
     Produk tekstil kita menyumbangkan devisa mencapai Rp 50 triliun ke kas negara. Batik adalah bagian dari industri tekstil, dan kapasitasnya bisa digenjot hingga empat kali lipat. Jangan gengsi, kita harus bangga produk dalam negeri telah dikenal di kalangan dunia. Bukan hanya batik, ukiran bali juga memenuhi pameran di luar negeri. Selain itu juga sepatu Cibaduyut menyaingi sepatu dengan merk Ripcurl, Nevada, Nike dll. Untuk menggalakkan kecintaan akan produk dalam negeri Departemen Perdagangan RI dibawah pimpinan Mari Elka Pangestu kini mulai gencar mengangkat isu-isu ekonomi kreatif.
      Hal yang menarik dapat kita lihat pada interior kereta api dimana seluruh sandaran kepala dari kursi dilapis kain penutup yang bagian belakang dari kain sandaran kepala itu tertera tulisan “Memakai Produk Sendiri Bukti Kemandirian Bangsa”. Slogan itu merupakan salah satu cara untuk mengingatkan kita semua akan pentingnya memupuk kecintaan kita pada produk dalam negeri kalau bukan kita siapa lagi.
      Pengembangan program Ekonomi Kreatif Indonesia dapat dijadikan sarana yang ampuh untuk melancarkan perang pencitraan melawan demikian banyak brand internasional yang menyerbu pasar Indonesia sehingga diharapkan mampu membongkar konsep berpikir masyarakat yang bangga akan produk luar negeri khususnya khalayak sasaran menengah atas berbalik menjadi bangga menggunakan produk dalam negeri. Bila rasa bangga akan produk dalam negeri mulai tumbuh, maka tidak akan sulit mengajak publik untuk membeli produk dalam negeri.
      Namun yang terpenting bukan hanya slogan-slogan cinta produk dalam negeri saja yang harus didengung-dengungkan namun diperlukan adanya suri tauladan dari para pemimpin bangsa untuk selalu menggunakan produk dalam negeri.
      Tak ada yang patut disalahkan, bangsa kita yang dominan menyukai brand internasional karena kualitas sebanding dengan harganya, selain itu  produk dalam negeri melulu tradisional, kuno, dan tidak mengikuti perkembangan jaman. Tampaknya kita masih sering terjebak oleh perangkap konsep budaya tradisional, bahwa untuk merepresentasikan ke-Indonesiaan harus menggunakan ornamen tradisional, pakaian tradisional, secara eksplisit dan langsung dan kita telah melupakan kemampuan nenek moyang kita yang secara kreatif mampu menciptakan pemahaman baru akan keindonesiaan yang beragam dan dinamis.
       Mulai saat ini kita harus bertindak dengan cara bangga menggunakan produk dalam negeri. Negara untung, bangsa semakin bangga, Indonesia pun jaya. Kita harus berani berperang buktikan bahwa produk buatan putra bangsa juga berkualitas. Melalui ekonomi kreatif yang mandiri kita dukung program pemerintah untuk memajukan Indonesia karena kita yakin “INDONESIA PASTI BISA”.
      Dengan meningkatkan pengembangan ekonomi kreatif akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam produk domestik bruto (PDB) Indonesia, menciptakan lapangan pekerjaaan serta merupakan salah satu upaya pemberdayaan UKM, sehingga pada akhirnya akan membangun nation brand untuk Indonesia yang menempatkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kreatif.
     Disinilah sangat dibutuhkan peran serta seluruh komponen bangsa untuk menggalang gerakan “ Aku Cinta Indonesia”. “Where there is a will, there is away”, dimana ada kemauan pasti akan adak jalan keluar. Sebagai bangsa yang kuat, dengan memajukan ekonomi kreatif dan bangga produk dalam negeri kita perkuat jati diri bangsa di mata dunia. Dengan prinsip itu, pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi dan stabilitas ekonomi pun akan semakin kokoh sehingga kesejahteraan rakyat akan merata dan pengangguran dapat dikurangi serta angka kemiskinan dapat ditekan. “nothing impossible”
“karenanya usaha seseorang selagi masih muda, Selagi badan kuat, supaya diabadikan untuk mengusahakan dharma, artha,  jnana,
Sebab tidak sama kekuatan tua
Dibandingkan dengan anak muda
Kebiasaan itu demikian,
Kalau alang-alang sesudah tuanya pada rebah
Ujungnya tak tajam lagi”
(sarasamuscaya,27)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1997 = 2014